Posted by : Unknown
Sabtu, 28 Maret 2015
Karangan Ilmiah dan Non Ilmiah
A . Pengertian, Macam, Sifat, dan
Bentuk Karangan
Pengertian karangan
Pengertian
karangan menurut Prof. DR. Gorys adalah suatu rencana kerja yang memuat
garis-garis besar dari suatu karangan yang digarap. Sedangkan menurut Eko
Susilo, M. 1995:11 karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai sifat keilmuan
yang didasarkan oleh hasil pengamatan, peninjauan,
penelitian, yang disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaran ilmiahnya.
penelitian, yang disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaran ilmiahnya.
Macam-macam karangan
Macam-macam
karangan tergantung dari dua prameter yaitu :
1) Berdasarkan sifat perinciannya :
Berdasarkan
perincian yang dilakukan pada suatu karangan, maka dapat dibedakan karangan
sementara (non-formal), dan karangan formal.
A. Kerangka karangan sementara, merupakan
suatu alat bantu, sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus
menjadi dasar untuk penelitian guna mengandakan perombakan-perombakan yang
dianggap perlu. Karena karangan ini hanya bersifat sementara, maka tidak perlu
disusum secara terperinci. Tetapi dalam sebuah kerangka karangan, harus
memungkinkan pengarangnya menggarap
persoalannya
secara dinamis, sehingga perhatian harus dicurahkan sepenuhnya pada penyusunan
kalimat-kalimat, alinea-alinea atau bagian-bagian tanpa mempersoalkan lagi
bagaimana susunan karangannya.
B. Kerangka karangan formal, merupakan
karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari pertimbangan bahwa topik
yang akan digarap bersifat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi
penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya. Namun karena pada saat
menulis kerangka karangan itu muncul banyak gagasan yang jelas mengenai tesis
tadi, maka penulis ingin mencatat semua gagasan yang timbul pada saat itu dalam
suatu kerangka yang sangat terperinci. Maka dari perincian yang sekian banyak,
sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau enam tingkat perincian. Suatu
tesis yang diperinci minimal atas tiga tingkat perincian sudah dapat disebut
kerangka formal.
2) Berdasarkan perumusan teksnya
Sesuai
dengan cara merumuskan teks dalam tiap unit dalam sebuah kerangka karangan,
maka dapat dibedakan kerangka karangan atas kerangka karangan kalimat dan
kerangka karangan topik
a) Kerangka kalimat
Kerangka
kalimat yang mempergunakan kalimat berita yang lengkap untuk merumuskan tiap
unit, baik untuk merumuskan tesis maupun untuk merumuskan unit-unit utama dan
unit-unit bawahannya. Perumusan tesis dapat mempergunakan kalimat majemuk
bertingkat, sebaliknya untuk merumuskan tiap unit hanya boleh mempergunakan
kalimat tunggal.
b) Kerangka topik
Kerangka
topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap. Sesudah
itu semua pokok, baik pokok-pokok utama maupun pokok-pokok bawahan, dirumuskan
dengan mancantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang
lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan mempergunakan kata atau frasa. Oleh
karena itu kerangka topik tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka
kalimat. Kerangka topik manfaatnya kurang bila dibandingkan dengan kerangka
kalimat, terutama jika tenggang waktu antara perencanaan kerangka karangan itu
dengan penggarapannya cukup lama.
Sifat karangan
1. Lugas dan tidak emosional
2. Mempunyai satu arti, sehingga tidak ada
tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).
3. Logis
disusun
berdasarkan urutan yang konsisten.
4. Efektif
satu
kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.
5. Efisien
hanya
mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami
Bentuk
karangan
I.
Narasi
Karangan
yang menyampaikan suatu peristiwa, yang dapat secara fakta dalam penyampaian
atau secara imajinasi atau fiksi didalam karangan tersebut.
II.
Deskripsi
Karangan
yang menyampaikan dengan cara menceritakan suatu tempat, situasi, orang, barang
atau benda, sehingga pembaca dapat merasakan arti dan maksud dari karangan
penulisnya.
III.
Eksposisi
Karangan
yang menjelaskan secara terperinci dari pokok pikiran karangan, sehingga
mempermudah pengetahuan yang diterima oleh pembaca. Seperti gambar, grafik,
ilustrasi, dan lain-lain. Yang umumnya berbentuk prosa.
IV.
Argumentasi
Karangan
yang memberikan penjelasan serta alasan yang jelas disertai bukti yang kuat
dalam sebuah karangan.
V.
Persuasi
Karangan
yang berisi ajakan kepada pembaca yang disertai penyampaian alasan, contoh, dan bukti untuk menyakinkan
pembaca untuk bersedia melaksanakan ajakan tersebut, pada umumnya karangan ini
berbentuk prosa.
B.
Ciri-ciri karangan ilmiah
1. Struktur Sajian
Struktur
sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal
(pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal
merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan
pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau
subtopik. Bagian penutup merupakan kesimpulan pokok pembahasan serta
rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
2. Komponen dan Substansi
Komponen
karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah
mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel
ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
3. Sikap Penulis
Sikap
penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan
gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa
menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
4. Penggunaan Bahasa
Bahasa
yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari
pilihan kata atau istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur
yang baku.
C.
Ciri-ciri karangan non-ilmiah
a. Ditulis berdasarkan fakta pribadi,
b. Fakta yang disimpulkan subyektif,
c.
Gaya bahasa konotatif dan populer,
d. Tidak memuat hipotesis,
e. Penyajian dibarengi dengan sejarah,
f. Bersifat imajinatif,
g. Situasi didramatisir,
h. Bersifat persuasif,
i. Tanpa dukungan bukti,
Jenis-jenis
yang termasuk karya non-ilmiah adalah dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman.
D.
Ciri-ciri karangan ilmiah populer
Karya
ilmiah populer merupakan karangan yang berada di antara karya ilmiah dan karya
nonilmiah. Dalam karya ilmiah, baik isi maupun teknik penulisannya harus
mengikuti ketentuan yang berlaku secara ketat. Dalam karya nonilmiah, terutama
karya sastra, baik isi maupun teknik penulisannya (bahasa) bebas. Karena karya
ilmiah populer berada di tengah-tengah keduanya, maka kita bisa
mendefinisikannya sebagai karangan yang isinya ilmiah tetapi teknik
penulisannya tidak mengikuti kaidah yang berlaku. Jika disempitkan kaitannya
dengan penggunaan bahasa, maka dapat dijelaskan bahwa karya ilmiah itu
menggunakan ragam bahasa ilmiah, sedangkan karya ilmiah populer tidak. Dalam
penulisan karya ilmiah menggunakan ragam ilmiah, inilah bedanya dengan karya
ilmiah populer. Karya ilmiah populer justru lebih banyak menggunakan ragam
jurnalistik atau ragam sastra.
Ragam
jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipakai
dalam dunia jurnalistik. Karena fungsi
media massa sebagai media informasi, kontrol sosial, alat pendidikan,
dan alat penghibur, maka ragam bahasa jurnalistik setidaknya harus mempunyai
ciri komunikatif, sederhana, dinamis, dan demokratis.
·
Komunikatif
Ciri
Komunikatif berarti mudah dipahami dan tidak menimbulkan salah tafsir
kalau dibaca. Ciri ini merupakan ciri
utama bahasa jurnalistik karena fungsi utama media massa memang memberikan
informasi. Dikatakan ciri utama karena ciri-ciri yang lain harus mengacu pada
ciri komunikatif.
·
Sederhana
Ciri sederhana berarti tidak menggunakan kata-kata
yang bersifat teknis dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit atau
berbunga-bunga. Apabila memang diperlukan, kata-kata teknis harus diikuti
penjelasan maknanya.
·
Dinamis
Ciri
dinamis berarti bahasa jurnalistik harus menggunakan kata-kata yang hidup di
tengah-tengah masyarakat. Kata-kata yang tidak lazim atau kata-kata yang sangat
asing seyogyanya tidak dipergunakan.
·
Demokratis
Ciri
demokratis berarti mengikuti konsensus umum dan tidak menghidupkan kembali
feodalisme. Kata bujang, misalnya, dalam
bahasa Indonesia mempunyai makna seorang laki-laki yang belum menikah.
Bentuk
karya ilmiah populer antara lain artikel, esai, dan feature. Dilihat dari
bahasanya, biasanya artikel menggunakan bahasa jurnalistik, esai menggunakan
bahasa sastra, dan feature menggunakan keduanya,
Metode Ilmiah
A. Pengertian Metode Ilmiah
Menurut
Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis
terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975)
berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk
memperoleh sesuatu interelasi.” Metode ilmiah merupakan suatu prosedur (urutan
langkah) yang harus dilakukan untuk melakukan suatu proyek ilmiah (science
project).
B. Tujuan Mempelajari Metode Ilmiah
Metode penulisan ilmiah tentu harus
didasarkan pada prinsip-prinsip yang ada dalam pengertian metode ilmiah
tersebut. Penelitian ini berdasarkan bukti fisik dan fenomena yang ada berdasarkan
kaidah keilmuan. Tujuan mempelajari metode penulisan ilmiah secara umum adalah
sebagai berikut :
Untuk meningkatkan keterampilan, baik dalam
menulis, menyusun, mengambil kesimpulan maupun dalam menerapkan prinsip-prinsip
yang ada.
Untuk meningkatkan pemahaman penulisan
dangan mekanisme yang telah ditentukan.
Merupakan suatu pengejaran terhadap
kebenaran yang diatur oleh pertimbangan -pertimbangan logis.
Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai
dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis data dan
interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang
rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
C.
Sikap – Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus
ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi
persoalan-persoalan ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan
hasil yang baik pula. Beberapa sikap ilmiah yang bisa didapat saat melaksanakan
metode penulisan ilmiah adalah sebagai berikut :
Pengembangan rasa ingin tahu yang tinggi
terhadap suatu data.
Mengembangkan sikap obyektif atau
menghindari keberpihakan dalam melakukan penelitian.
Terbuka artinya dapat menerima pandangan atau
gagasan orang lain.
Bersikap berhati-hati dalam mengambil
keputusan /kesimpulan suatu data.
Jujur dan tekun dalam meneliti data.
D.
Langkah-langkah Penulisan Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
- Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode
ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini
kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat
tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian
menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin
memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya
sendiri belum dirumuskan?
- Merumuskan Hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian
berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir
ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat
memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali
pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat
penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan
peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini
dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan.
- Mengumpulkan Data
Pengumpulan
data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam
metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang
sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis
yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode
ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya
sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
- Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa
hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan.
Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis.
Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau
menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena
itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu
menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang
tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu
penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan
ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
- Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik
untuk menghasilkan kesimpulan.Hasil penelitian
dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas
ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan
memberikan hasil yang sama).
- Kesimpulan
Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah
diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat
deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis
data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap
cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan
temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan
rumusan masalah yang diajukannya.
- Menulis laporan Ilmiah
Untuk
mengkomunikasikan hasil penelitian kepada orang lain sehingga orang lain tahu
bahwa kita telah melakukan suatu penelitian ilmiah.
3. Penalaran dan Penyusunan dalam Sintesis Karangan
Ilmiah
A. Definisi Menulis sebagai Proses Penalaran
Menulis itu dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat yaitu:
1. Penulis sebagai penyampai pesan
2. Pesan atau isi tulisan
3. Saluran atau media berupa tulisan
4. Pembaca sebagai penerima pesan
B. Penalaran Induktif dan Deduktif dalam Karya Ilmiah
1. Penalaran Deduktif Penalaran deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan pernyataan atau kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.
2. Penalaran Induktif Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.Perbedaan dari penalaran deduktif dan induktif adalah, penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum.
C.Fakta
sebagai Unsur Dasar Penalaran Karangan
Agar
dapat menalar dengan tepat, perlu kita memiliki pengetahuan tentang fakta yang
berhubungan. Jumlah fakta tak terbatas, sifatnya pun beraneka ragam. Oleh sebab
itu, sebagai unsur dasar dalam penalaran ilmiah, kita harus mengetahui apa
pengertian dari fakta.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fakta memiliki definisi sebagai hal
(keadaan atau peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada
atau terjadi. Selain itu, fakta juga merupakan pengamatan yang telah
diverifikasi secara empiris (sesuai dengan bukti atau konsekuensi yang teramati
oleh indera). Fakta bila dikumpulkan secara sistematis dengan beberapa sistem
serta dilakukan secara sekuensial maka fakta tersebut mampu melahirkan sebuah
ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa sebuah
teori dan fakta secara empiris dapat melahirkan sebuah teori baru.
Untuk
memahami hubungan antara fakta-fakta yang sangat banyak itu, kita perlu
mengenali fakta-fakta itu secara sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa kita harus
mengetahui ciri-cirinya dengan baik. Dengan begitu, kita dapat mengenali
hubungan di antara fakta-fakta tersebut dengan melakukan penelitian.
D. Pengertian Penyusunan Sintesis
Sintesis diartikan sebagai komposisi
atau kombinasi bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan.
Selain itu, sintesis juga diartikan sebagai kombinasi konsep yang berlainan
menjadi satu secara koheren, dan penalaran induktif atau kombinasi dialektika
dari tesis dan antitesis untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) sintesis diartikan sebagai “paduan berbagai
pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras atau penentuan
hukum yang umum berdasarkan hukum yang khusus.”Pengertian ini sejalan dengan
pendapat Kattsoff (1986) yang menyatakan bahwa maksud sintesis yang utama
adalah mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu
pandangan dunia. Dalam perspektif lain “sintesis” merupakan kemampuan seseorang
dalam mengaitkan dan menyatakan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada
sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Kata kerja operasional yang
dapat digunakan adalah mengategorikan, mengombinasikan, menyusun, mengarang,
menciptakan, mendesain, menjelaskan, mengubah, mengorganisasi, merencanakan,
menyusun kembali, menghubungkan, merevisi, menyimpulkan, menceritakan,
menuliskan, mengatur.. Metode Sintesis Melakukan penggabungan semua pengetahuan
yang diperoleh untuk menyusun satu pandangan dunia.
KEMUDIAN BUATLAH:
- Karangan ilmiah dan non ilmiah.
- Menentukan metode ilmiah yang tepat dari karangan ilmiah tersebut.
- Menganalisis karangan ilmiah tersebut dan menjelaskan aspek penalarannya, kemudian menentukan sintesis sebuah tulisan ilmiah
JAWABAN !!!
- karangan ilmiah dan non ilmiah saya dapat dilihat di blog saya dan ini linknya :
Contoh
Kasus :
Contoh Kasus : KEBUTUHAN BARANG POKOK DI INDONESIA
Kebutuhan
barang-barang pokok di Indonesia saat ini sedang mengalami krisis, dikarenakan
harga barang-barang pokok yang melonjat naik. Dapat diperkirakan kenaikan harga
barang-barang pokok mencapai 50% pertahunnya. Bahkan mungkin bisa melewati
lebih dari perkiraan. Angka ini akan terus meningkat dan semakin menyulitkan
masyarakat Indonesia untuk mengomsumsi hasil pribumi.
Pascanaiknya
harga bahan bakar minyak, harga-harga barang kebutuhan pokok di Makassar
dilaporkan naik tinggi. Kenaikannya bervariasi sekitar Rp 100-Rp 1.000.
Beberapa barang kebutuhan pokok, seperti beras, gula pasir, terigu, minyak
goreng, ikan, dan sayur-sayuran mengalami kenaikan cukup tinggi. Ini merupakan
kenaikan yang kedua karena saat BBM belum resmi naik barang kebutuhan pokok
sudah merambat naik.
Beberapa
barang yang menunjukkan kenaikan cukup tinggi adalah gula pasir, terigu, beras,
dan minyak goreng kemasan. Gula pasir misalnya, yang sebelum kenaikan masih seharga
Rp 5.200 per kilogram, sehari setelah kenaikan naik menjadi Rp 5.300 per
kilogram dan dua hari berikutnya naik lagi menjadi Rp 5.500 per kilogram.
Sementara
terigu yang sebelum kenaikan BBM masih dijual Rp 3.800 per kilogram saat ini
sudah naik menjadi Rp 4.500 per kilogram atau naik Rp 700. Minyak goreng
kemasan yang sebelumnya dijual Rp 6.300-Rp 6.500 per kemasan 600 ml saat ini
sudah dijual Rp 7.500. Sedangkan beras, sejak Januari lalu sudah mulai naik
dengan besaran Rp 250-Rp 500 per kilogram. Dengan kenaikan harga BBM ini,
berarti beras juga sudah mengalami dua kali kenaikan.
Beberapa
desa di Sumatera saat ini kembali menggunakan kayu bakar untuk memasak karena
harga minyak tanah di kawasan itu saat ini sudah mencapai Rp 1.700 per liter.
Warga yang umumnya nelayan itu mengumpulkan kayu bakar dari kawasan perkebunan
kelapa yang ada di sekitar.
Analisis :
Pengambilan
konsep dari contoh kasus diatas adalah “kenaikan harga – harga barang pokok di
sejumlah daerah di Indonesia”.
Paragraph Utama ( kesimpulan awal )
Pascanaiknya
harga bahan bakar minyak, harga-harga barang kebutuhan pokok di Makassar
dilaporkan naik tinggi. Kenaikannya bervariasi sekitar Rp 100-Rp 1.000.
Beberapa barang kebutuhan pokok, seperti beras, gula pasir, terigu, minyak
goreng, ikan, dan sayur-sayuran mengalami kenaikan cukup tinggi. Ini merupakan
kenaikan yang kedua karena saat BBM
belum
resmi naik barang kebutuhan pokok sudah merambat naik. Dapat diperkirakan
kenaikan harga barang-barang pokok mencapai 50% pertahunnya.
Pengujian Hipotesis
Beberapa
barang yang menunjukkan kenaikan cukup tinggi adalah gula pasir, terigu, beras,
dan minyak goreng kemasan. Gula pasir misalnya, yang sebelum kenaikan masih
seharga Rp 5.200 per kilogram, sehari setelah kenaikan naik menjadi Rp 5.300
per kilogram dan dua hari berikutnya naik lagi menjadi Rp 5.500 per kilogram.
Sementara
terigu yang sebelum kenaikan BBM masih dijual Rp 3.800 per kilogram saat ini
sudah naik menjadi Rp 4.500 per kilogram atau naik Rp 700. Minyak goreng
kemasan yang sebelumnya dijual Rp 6.300-Rp 6.500 per kemasan 600 ml saat ini
sudah dijual Rp 7.500. Sedangkan beras, sejak Januari lalu sudah mulai naik
dengan besaran Rp 250-Rp 500 per kilogram. Dengan kenaikan harga BBM ini,
berarti beras juga sudah mengalami dua kali kenaikan.
Kesimpulan Akhir
Pemerintah
harus lebih bijak dan teliti dalam menangani harga kebutuhan bahan pokok yang
melonjak naik.karena biasanya ada oknum – oknum “nakal” yang mengambil
kesempatan untuk menimbun bahan pokok supaya bahan pokok yang ada di pasar
semakin menipis dan langka dan dengan begitu oknum – oknum tersebut dengan
bebas melakukan kenaikan harga tanpa persetujuan dari pemerintah.karena jikahal
ini tidak segera diatasi oleh pemerintah, maka akn sangat merugikan masyarakat
di seluruh wilayan Indonesia.
Sumber
:
Arifin, E. Zaenal. 1987. Dasar-Dasar
Penulisan Karangan Ilmiah. Cetakan 8. Jakarta: PT Gramedia.
Sutrisno dan SRDm Rita Hanafie. 2007.
Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta
: Grasindo.
Sarwono, Jonathan. 2010. Pintar Menulis Karangan Ilmiah - Kunci
Sukses dalam Menulis Ilmiah. Yogyakarta : Andi Offset.
Hs,
Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.
Yustia, Anissa.2008."Analisis Pengaruh Promosi Terhadap
Tingkat Penjualan Produk Simpati PT. Telkomsel Tbk. Bandung : ITB
http://mayathesoftskil.blogspot.com/2013/03/tugas-2-analisis-kasus-metode-ilmiah.html