Posted by : Unknown
Minggu, 02 Juni 2013
Seni dan
Budaya Betawi
Suku Betawi
adalah sebuah suku bangsa
di Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat tinggal di Jakarta.
Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku
Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu.
Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum
berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke
Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung
pendatang baru di Jakarta.
Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai
kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti
orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar,Ambon, Melayu dan Tionghoa.Budaya Betawi
Suku Betawi terdiri dari beberapa etnis yang bergabung dalam satu daerah sehingga membentuk kebudayaan sendiri yaitu Budaya Betawi. Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa. Dengan semakin beragamnya etnis di Betawi, maka setiap etnis biasanya mempengaruhi setiap perayaan etnis Betawi. Seperti budaya penyalaan petasan, Lenong, Cokek, hingga pakaian pernikahan adat Betawi yang didominasi warna merah, itu semua dipengaruhi kuat oleh budaya Tionghoa.Kemudian etnis Arab sangat mempengaruhi musik gambus dalam warna musik marawis dan Tanjidor. Tanjidor sendiri adalah perpaduan budaya Eropa, Cina, Melayu dan Arab. Sementara di kampung Tugu terkenal dengan budaya keroncong yang bersal dari Portugis.Salah satu musik khas dari kesenian Betawi yang paling terkenal adalah Gambang Kromong, dimana dalam setiap kesempatan perihal Betawi, Gambang Kromong selalu menjadi tempat yang paling utama. Hampir setiap pemberitaan yang ditayangkan di televisi, Gambang Kromong selalu menjadi ilustrasi musiknya.
dan masih banyak lagi budaya betawi anrata lain :
- Lenong
- Ondel-ondel
- Tari Japin
- Tari Cokek Betawi
- Tari Topeng betawi
- Tari Lenggang Nyai
- Gambang Kromong
Bahasa
Sifat campur-aduk dalam dialek betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.
Ada juga yang berpendapat bahwa suku
bangsa yang mendiami daerah sekitar "Kalapa" (sekarang Jakarta)
juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah,
Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura, pernah diserang dan
ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran
kalau penduduk asli Betawi yang pada awalnya berbahasa Kawi dan mendiami daerah
sekitar pelabuhan Sunda Kalapa (jauh sebelum Sumpah Pemuda) sudah menggunakan
bahasa Melayu, bahkan ada juga yang mengatakan suku lainnya semisal suku Sunda
yang mendiami wilayah inipun juga ikut menggunakan Bahasa Melayu yang umum
digunakan di Sumatera dan Kalimantan Barat, penggunaan bahasa ini dikarenakan semakin
banyaknya pendatang dari wilayah Melayu lainnya semisal Kalimantan Barat
dikarenakan dianggap abainya Syailendra ketika dimintai tolong oleh Sriwijaya
untuk menjaga wilayah perairan laut sebelah barat Sungai Cimanuk sebagai hasil
Perjanjian Damai Sriwijaya - Kediri yang dimediasi oleh China yang kemudian
dijadikan sebagai bahasa nasional.
Karena perbedaan bahasa yang
digunakan antara suku Betawi dengan suku Sunda diwilayah lainnya tersebut maka
pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar
Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya
sebagai etnis Betawi. Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama
sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata
Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan
kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain
yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah
kuno Bujangga Manik yang saat ini disimpan di perpustakaan
Bodleian, Oxford, Inggris.
Meskipun bahasa formal yang digunakan
di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan
sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi. Dialek Betawi sendiri
terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir.
Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "é" sedangkan dialek Betawi
pinggir adalah "a". Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali
dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota
Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar,
Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di
Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke Selatan,
Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga
Jawa Barat. Contoh penutur dialek Betawi tengah adalah Benyamin S., Ida Royani
dan Aminah Cendrakasih, karena mereka memang berasal dari daerah Kemayoran dan
Kramat Sentiong. Sedangkan contoh penutur dialek Betawi pinggiran adalah Mandra
dan Pak Tile. Contoh paling jelas adalah saat mereka mengucapkan kenape/kenapa''(mengapa).
Dialek Betawi tengah jelas menyebutkan "é", sedangkan Betawi pinggir
bernada "a" keras mati seperti "ain" mati dalam cara baca
mengaji Al Quran.
Musik
Gambang Kromong
Gambang Kromong
|
Gambang Kromong
|
Kesenian musik ini merupakan
perpaduan dari kesenian musik setempat dengan Cina. Hal ini dapat dilihat dari
instrumen musik yang digunakan, seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama
Kongahyan, Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain; gambang,
kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong. Kesenian Gambang Kromong
berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari
sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja pribumi di
perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita
perantauan Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan.Pada awalnya
lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu Cina, pada istilah sekarang lagu-lagu
klasik semacam ini disebut Phobin. Lagu Gambang Kromong muatan lokal yang masih
kental unsur klasiknya bisa didengarkan lewat lagu Jali-Jali Bunga Siantan,
Cente Manis, dan Renggong Buyut. Pada tahun 70an Gambang Kromong sempat
terdongkrak keberadaannya lewat sentuhan kreativitas "Panjak" Betawi
legendaris "Si Macan Kemayoran", Almarhum H. Benyamin Syueb bin
Ji'ung. Dengan sentuhan berbagai aliran musik yang ada, jadilah Gambang Kromong
seperti yang kita dengar sekarang. Hampir di tiap hajatan atau
"kriya'an" yang ada di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang
Kromong sebagai menu hidangan musik yanh paling utama. Seniman Gambang Kromong
yang dikenal selain H. Benyamin Syueb adalah Nirin Kumpul, H. Jayadi dan bapak
Nya'at.
Lenong
Lenong
Lenong
|
Lenong sebagai tontonan, sudah dikenal sejak 1920-an.
Almarhum Firman Muntaco, seniman Betawi terkenal, menyebutnya kelanjutan dari
proses teaterisasi dan perkembangan musik Gambang Kromong. Jadi, Lenong adalah
alunan Gambang Kromong yang ditambah unsur bodoran alias lawakan tanpa plot
cerita.
Kemudian berkembang menjadi lakon-lakon berisi banyolan pendek, yang dirangkai dalam cerita tak berhubungan. Lantas menjadi pertunjukan semalam suntuk, dengan lakon panjang utuh, yang dipertunjukkan lewat ngamen keliling kampung. Selepas zaman penjajahan Belanda, lenong naik pangkat, karena mulai dipertunjukkan di panggung hajatan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung
Saat itu, dekornya masih sangat sederhana, berupa layar sekitar 3×5 meter bergambar gunung, sawah, hutan belantara dengan pepohonan besar, rumah-rumah kampung, laut dan perahu nelayan serta balairung istana dengan tiang-tiangnya yang besar. Alat penerangannya pun tradisional, berupa colen, obor tiga sumbu yang keluar dari ceret kaleng berisi minyak tanah. Sebelum meningkat jadi petromaks.
Walaupun terus menyesuaikan diri dengan maunya zaman, untuk terus survive, lenong harus berjuang keras. Dan ini tak mudah. Tahun 60′-an, masih dengan mengandalkan durasi pertunjukan semalam suntuk dan konsep dramaturgi sangat sederhana, lenong mulai kedodoran. “Rasanya, kami seperti berada di pinggir jurang,” cetus S.M Ardan, sastrawan dan sineas Betawi yang kini aktif di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta.
Tari
Tari Topeng Betawi
Kemudian berkembang menjadi lakon-lakon berisi banyolan pendek, yang dirangkai dalam cerita tak berhubungan. Lantas menjadi pertunjukan semalam suntuk, dengan lakon panjang utuh, yang dipertunjukkan lewat ngamen keliling kampung. Selepas zaman penjajahan Belanda, lenong naik pangkat, karena mulai dipertunjukkan di panggung hajatan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung
Saat itu, dekornya masih sangat sederhana, berupa layar sekitar 3×5 meter bergambar gunung, sawah, hutan belantara dengan pepohonan besar, rumah-rumah kampung, laut dan perahu nelayan serta balairung istana dengan tiang-tiangnya yang besar. Alat penerangannya pun tradisional, berupa colen, obor tiga sumbu yang keluar dari ceret kaleng berisi minyak tanah. Sebelum meningkat jadi petromaks.
Walaupun terus menyesuaikan diri dengan maunya zaman, untuk terus survive, lenong harus berjuang keras. Dan ini tak mudah. Tahun 60′-an, masih dengan mengandalkan durasi pertunjukan semalam suntuk dan konsep dramaturgi sangat sederhana, lenong mulai kedodoran. “Rasanya, kami seperti berada di pinggir jurang,” cetus S.M Ardan, sastrawan dan sineas Betawi yang kini aktif di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta.
Tari
Tari Topeng Betawi
|
Tari Topeng Betawi
|
Tarian betawi yang cukup lama dikenal
masyarakat adalah Tari Topeng Betawi. Dalam Tari Topeng Betawi, Anda dapat
melihat tiga unsur seni sekaligus. Yaitu tari, teater dan musik. Musik
pengiring Tari Topeng Betawi banyak sekali. Topeng Betawi tumbuh dan berkembang
di pinggir-pinggir Jakarta. Biasanya digelar saat ada pernikahan, acara sunatan
dan membayar nazar. Dalam Topeng Betawi, para penari memakai topeng dan
bercerita lewat seni gerak. Kini tari Topeng Betawi sudah banyak dikreasikan.
Sehingga Tarian Betawi pun semakin beragam.
Tari Lenggang Nyai
Tari Lenggang Nyai
|
Tari Lenggang Nyai Betawi
|
Adalah Wiwik
Widiastuti yang mengembangkan Tarian Lenggang Nyai ini. Atau lebih dikenal
masyarakat dengan sebutan Tari Lenggang Betawi. Wiwik sendiri bukan orang
Betawi asli, ia adalah orang Yogyakarta. Namun kecintaannya kepada budaya dan
tarian betawi, membuat Wiwik menciptakan kreasi Tari Lenggang Betawi ini. Dalam
tarian ini dapat melihat ada unsur tanjidor dan tari topeng yang kental sekali.
Tarian Betawi Lenggang Nyai ini bercerita tentang Nyai Dasima yang berhasil
membebaskan diri dari pemaksaan. Nyai Dasima pun mampu menentukan arah dan
pilihan hidupnya.
Masih banyak lagi budaya budaya yang ada di betawi. Sebagai generasi muda seharusnya kita bisa melestarikan budaya budaya yang sudah ada sejak dulu. Oleh karena itu mulai tanamkan lah dari sekarang bahwa budaya itu harus dilestarikan agar tidak punah.
Tari Japin dan Tari Cokek Betawi
Selain dengan alat musik gambang kromongnya budaya betawi juga mempunyai berbagai macam tarian. Tarian tarian betawi mempunyai ciri khas sendiri yaitu suara musik pengiring yang riang serta gerakan-gerakan tari yang dinamis. Tarian tarian yang berasal dari betawi diantaranya :
Tari Japin
Masih banyak lagi budaya budaya yang ada di betawi. Sebagai generasi muda seharusnya kita bisa melestarikan budaya budaya yang sudah ada sejak dulu. Oleh karena itu mulai tanamkan lah dari sekarang bahwa budaya itu harus dilestarikan agar tidak punah.
Tari Japin dan Tari Cokek Betawi
Selain dengan alat musik gambang kromongnya budaya betawi juga mempunyai berbagai macam tarian. Tarian tarian betawi mempunyai ciri khas sendiri yaitu suara musik pengiring yang riang serta gerakan-gerakan tari yang dinamis. Tarian tarian yang berasal dari betawi diantaranya :
Tari Japin
|
Tari Japin
|
Tari Japin
sebenarnya adalah tari Zapin. Kebiasaan orang betawi menyebut Z dengan huruf J
membuat nama tarian ini secara otomatis berubah menjadi Japin. Tarian ini sudah
tersebar dimana-mana. Tarian ini mendapat pengaruh besar dari budaya Arab.Yang
membedakan tarian betawi Japin dengan Zapin pada umumnya adalah musik
pengiringnya. Tari Japin menggunakan musik-musik lagu betawi seperti gambus.
Tari Zapin ditarikan secara melompat-lompat sambil memukul sebuah kendang
rebana kecil. Memukulnya pun serentak dengan gerakan yang menghentak. Melihat
tarian betawi ini memberikan nuansa riang. Tari Japin Betawi biasanya
berpasang-pasangan antara perempuan dan lelaki.
Tari Cokek Betawi
|
Tari Cokek Betawi
|
Tarian betawi yang satu ini dibawa
oleh para cukong atau tuan tanah peranakan tionghoa yang kaya raya. Dulu mereka
merawat penari cokek dan pemain-pemain Gambang Kromong. Tarian cokek ini
diiringi oleh musik Gambang Kromong dan sering ditampilkan dalam acara-acara
yang diadakan oleh Tuan Tanah. Oleh karena itu, tarian dan pakaian tari Cokek
Betawi agak mirip dengan tarian-tarian di Cina.
Seiring berkembangnya zaman, tuan tanah yang mau menampung hidup penari cokek dan Gambang Kromong pun berkurang. Alhasil sedikit sekali yang mau melestarikan tarian betawi ini. Tari cokek agak mirip dengan ngibing. Ciri khasnya yang lain adalah goyang pinggul yang geal-geol. Kini pemain cokek dan pemain Gambang Kromong yang profesional, susah dicari.
Seiring berkembangnya zaman, tuan tanah yang mau menampung hidup penari cokek dan Gambang Kromong pun berkurang. Alhasil sedikit sekali yang mau melestarikan tarian betawi ini. Tari cokek agak mirip dengan ngibing. Ciri khasnya yang lain adalah goyang pinggul yang geal-geol. Kini pemain cokek dan pemain Gambang Kromong yang profesional, susah dicari.
Demikian artikel ini saya buat, semoga bermanfaat bagi
kita semua. wassalam…